Sendiri di taman

Sendiri di taman

sendiri di taman

Taman Pribadi, Oasis Halal untuk Jiwa

Setiap individu memiliki tempat pelarian favoritnya, dan bagi saya, itu adalah taman kecil di belakang rumah. Bukan sekadar hamparan rumput dan bunga, taman ini adalah oasis pribadi, tempat saya menemukan ketenangan, inspirasi, dan koneksi spiritual yang mendalam, semuanya dalam koridor halal.

Begitu melangkahkan kaki ke dalam taman, semilir angin menyambut dengan aroma tanah basah bercampur harumnya bunga melati dan mawar. Suara gemericik air dari kolam ikan kecil, ditambah kicauan burung yang riang, menciptakan simfoni alam yang menenangkan. Di sinilah saya merasa dekat dengan Sang Pencipta, merenungi kebesaran-Nya melalui setiap ciptaan yang terhampar di depan mata.

Aktivitas saya di taman selalu dimulai dengan niat yang tulus. Ketika saya menyiram tanaman, memangkas dahan yang layu, atau menyiangi gulma, saya melakukannya bukan hanya sebagai tugas, melainkan sebagai bentuk ibadah. Merawat ciptaan Allah adalah bagian dari rasa syukur. Setiap helaan napas yang saya hirup, setiap sentuhan tanah yang saya rasakan, mengingatkan saya pada nikmat yang tak terhingga. Ini adalah bentuk zikir yang tak terucap, sebuah dialog sunyi antara hamba dan Khalik.

Saya sering menghabiskan waktu dengan duduk di bangku kayu, membiarkan pikiran mengembara. Ini adalah momen untuk bertadabbur – merenungi pola daun yang rumit, warna-warni kelopak bunga yang menakjubkan, atau siklus hidup kupu-kupu yang hinggap di bunga. Setiap detail adalah ayat (tanda) dari keagungan Allah. Dalam keheningan ini, saya menjauhkan diri dari hiruk pikuk dunia, dari perkataan sia-sia, dan dari segala hal yang dapat mengotori hati dan pikiran. Ini adalah cara menjaga pandangan dan pendengaran agar tetap dalam batas-batas halal.

Kadang kala, saya menggelar sajadah kecil di bawah pohon rindang dan menunaikan shalat Dhuhr atau Ashar. Langit biru sebagai atap, kicauan burung sebagai pengiring doa, dan keindahan alam sebagai mihrab, membuat ibadah terasa lebih khusyuk dan bermakna. Tidak ada gangguan, tidak ada kebisingan, hanya saya dan Rabb semesta alam. Saya juga sering melafazkan ayat-ayat Al-Quran atau berzikir, membiarkan lantunan itu mengisi ruang, membawa kedamaian yang mendalam ke dalam jiwa.

Taman ini mengajarkan saya kesabaran, ketekunan, dan pentingnya keseimbangan. Ia adalah cerminan kehidupan, di mana ada pertumbuhan, ada pula masa layu, namun semuanya kembali kepada Allah. Dengan demikian, taman pribadi ini bukan hanya sekadar lahan hijau, melainkan sebuah ruang sakral yang senantiasa membimbing saya untuk hidup lebih mindful, bersyukur, dan selalu berada dalam kerangka halal yang menuntun pada keberkahan.

sendiri di taman

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *